07 January 2016, 01:49
Pada bulan November yang lalu, kami mendapatkan bantuan teknis dari PUM Belanda. PUM adalah sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mengirimkan tenaga ahli Belanda terutama yang sudah mendekati senior untuk membantu UKM di negara-negara berkembang. Indonesia adalah salah satu negara yang banyak mendapatkan bantuan PUM.
Kami mendapatkan kabar bahwa PUM banyak mempunyai ahli di bidang pangan, salah satunya cokelat. Karena itu kami coba untuk mengirimkan aplikasi untuk mendapatkan bantuan teknis dari PUM. Dan Alhamdulillah kami mendapatkan persetujuan dari PUM. Dan kemudian kami mendapatkan expert bernama Mr. Piet Brinkman yang mempunyai background di industri cokelat.
Pak Piet ternyata sudah pernah ke Indonesia pada tahun 1978. Beliau adalah salah satu ahli teknik yang turut membangun pabrik Susu Bendera di Jakarta. Dan setelah itu, beliau kembali ke Belanda dan bekerja di salah satu industri cokelat terbesar di Belanda yang berbendera Cargill.
Bersama Pak Piet, kami ingin mewujudkan mimpi untuk membuat cokelat langsung dari biji atau yang dikenal juga dengan istilah bean-to-bar chocolate. Hal ini diawali karena pertemuan kami dengan petani kakao di Sleman, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Pada pertemuan tersebut, para petani ingin agar kami mau membeli kakao dari mereka. Pada saat itu, kami sungguh bersedih hati karena belum bisa memenuhi permintaan mereka. Karenanya kami berusaha membuat mimpi ini menjadi nyata dengan bantuan teknis dari Pak Piet.
Sebelum kedatangannya, Pak Piet sudah berusaha mengirimkan banyak informasi berkaitan dengan industri cokelat langsung dari biji. Dan ternyata, tidak banyak industri cokelat yang mengolah langsung dari biji kecuali jika industrinya sangat besar. Dan di Eropa hampir tidak ada industri cokelat bean-to-bar. Sebagian besar industri kecil bean-to-bar berkembang di Amerika. Itulah salah satu alasannya kami agak kesulitan mendapatkan mesin bean-to-bar untuk skala kecil. Sampai akhirnya Pak Piet menyarankan untuk melihat ke sebuah website di Amerika yang menjual grinder kecil skala rumah tangga. Dan itulah yang pertama kali kami pakai.
Selain membantu kami dalam project bean-to-bar di Cokelat nDalem, Pak Piet juga mengunjungi petani kakao di Gunung Kidul yang akan menjadi suplier kami. Dan beliau cukup senang dengan kualitas biji kakao dari Pak Edie di Dusun Putat, Pathuk, Gunung Kidul. Walaupun ada beberapa hal teknis yang harus ditingkatkan seperti sortasi, tapi secara umum, kualitas biji dari Gunung Kidul cukup baik.
Pak Piet pun menyempatkan untuk berkunjung ke beberapa pabrik cokelat di Jogja, Jakarta dan Bali untuk memberikan informasi lebih lengkap tentang kualitas cokelat Indonesia. Dan kemudian memberikan informasi lebih komprehensif tentang kualitas cokelat dari Cokelat nDalem dan bagaimana cara meningkatkan kualitasnya.
Kami sangat berterima kasih kepada Pak Piet atas kedatangannya ke Cokelat nDalem dan terutama untuk bantuan dan perhatiannya kepada Cokelat nDalem. Sampai berjumpa lagi Mister Piet.
Kami mendapatkan kabar bahwa PUM banyak mempunyai ahli di bidang pangan, salah satunya cokelat. Karena itu kami coba untuk mengirimkan aplikasi untuk mendapatkan bantuan teknis dari PUM. Dan Alhamdulillah kami mendapatkan persetujuan dari PUM. Dan kemudian kami mendapatkan expert bernama Mr. Piet Brinkman yang mempunyai background di industri cokelat.
Pak Piet ternyata sudah pernah ke Indonesia pada tahun 1978. Beliau adalah salah satu ahli teknik yang turut membangun pabrik Susu Bendera di Jakarta. Dan setelah itu, beliau kembali ke Belanda dan bekerja di salah satu industri cokelat terbesar di Belanda yang berbendera Cargill.
Bersama Pak Piet, kami ingin mewujudkan mimpi untuk membuat cokelat langsung dari biji atau yang dikenal juga dengan istilah bean-to-bar chocolate. Hal ini diawali karena pertemuan kami dengan petani kakao di Sleman, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Pada pertemuan tersebut, para petani ingin agar kami mau membeli kakao dari mereka. Pada saat itu, kami sungguh bersedih hati karena belum bisa memenuhi permintaan mereka. Karenanya kami berusaha membuat mimpi ini menjadi nyata dengan bantuan teknis dari Pak Piet.
Sebelum kedatangannya, Pak Piet sudah berusaha mengirimkan banyak informasi berkaitan dengan industri cokelat langsung dari biji. Dan ternyata, tidak banyak industri cokelat yang mengolah langsung dari biji kecuali jika industrinya sangat besar. Dan di Eropa hampir tidak ada industri cokelat bean-to-bar. Sebagian besar industri kecil bean-to-bar berkembang di Amerika. Itulah salah satu alasannya kami agak kesulitan mendapatkan mesin bean-to-bar untuk skala kecil. Sampai akhirnya Pak Piet menyarankan untuk melihat ke sebuah website di Amerika yang menjual grinder kecil skala rumah tangga. Dan itulah yang pertama kali kami pakai.
Selain membantu kami dalam project bean-to-bar di Cokelat nDalem, Pak Piet juga mengunjungi petani kakao di Gunung Kidul yang akan menjadi suplier kami. Dan beliau cukup senang dengan kualitas biji kakao dari Pak Edie di Dusun Putat, Pathuk, Gunung Kidul. Walaupun ada beberapa hal teknis yang harus ditingkatkan seperti sortasi, tapi secara umum, kualitas biji dari Gunung Kidul cukup baik.
Pak Piet pun menyempatkan untuk berkunjung ke beberapa pabrik cokelat di Jogja, Jakarta dan Bali untuk memberikan informasi lebih lengkap tentang kualitas cokelat Indonesia. Dan kemudian memberikan informasi lebih komprehensif tentang kualitas cokelat dari Cokelat nDalem dan bagaimana cara meningkatkan kualitasnya.
Kami sangat berterima kasih kepada Pak Piet atas kedatangannya ke Cokelat nDalem dan terutama untuk bantuan dan perhatiannya kepada Cokelat nDalem. Sampai berjumpa lagi Mister Piet.